Islam dan Anjuran Meningkatkan Kualitas Diri

Oleh Mohamad Mufid Adiansyah, S.H.I *) 

Meningkatkan kualitas diri atau pengembangan diri dapat diartikan dengan upaya peningkatan kualitas diri seseorang untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya, baik dari segi pengetahuan, etika, pemikiran, dan lain sebagainya. Pembahasan mengenai hal positif seperti itu tentunya tidak akan pernah tertinggal oleh agama yang ‘konotasinya’ selalu mengarah pada kebaikan, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain.

Islam sebagai agama yang mengajarkan tentang tata cara kehidupan manusia secara menyeluruh juga mengajarkan hal ini, di dalam Al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi umat Islam tentu tidak ketinggalan untuk juga membahasnya, sebagaimana tertera dalam firman Allah:

 يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” 

(QS. Al-Hasyr : 18) 

Dalam ayat tersebut mengandung pelajaran bahwa setiap umat manusia dianjurkan untuk bertakwa dan dapat dimaknai dengan menjalankan semua yang Allah perintahkan dan menghindari segala bentuk larangan-Nya. Jika kita amati dengan baik, anjuran ini menuntut kita agar senantiasa melakukan hal-hal yang bernilai positif dan bermanfat. Jika seseorang memikiiki komitmen untuk menjauhi kemaksiatan, maka ia akan berusaha untuk memperbaiki perilaku, sifat, dan pola pikirnya, seperti tidak mudah berprasangka buruk, menjauhi ghibah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.

Tatkala seorang hamba berusaha untuk mendekatkan diri dan ketakwaannya kepada Allah, otomatis ia akan memperbaiki dirinya dengan memperhatikan akhlaq, mengembangkan bakat, potensi, dan berusaha memperluas pengetahuannya. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menjalani hidup dengan mindset yang visioner untuk mencapai masa depan yang baik dan bahagia. Karena usaha memperbaiki diri adalah bukti nyata keimanan muslim sejati.

Hal ini selaras dengan kalam baginda Rasulullah Saw. :

 اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

"Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Dalam menjelaskan hadits tersebut, Syekh Mutawalli asy-Sya’rowi berkomentar dalam tafsirnya (Tafsir asy-Sya’rowi juz.3 hal.1753):

الصحيح هو أن ما فاتك من أمر الدنيا اليوم فاعتبر أنك ستعيش طويلاً وتأخذه غداً، أمَّا أمر الآخرة فعليك أن تعجل به

Pemahaman  yang benar (dalam memahami hadits tersebut) adalah jika engkau tidak bisa meraih sesuatu dari dunia ini pada hari ini, maka berpikirlah bahwa engkau akan hidup lama dan akan dapat meraihnya besok. Sedangkan jika hal itu berkaitan dengan akhirat, maka hendaknya engkau  bersegera untuk meraihnya (seakan-akan besok adalah hari kematian kita dan tidak ada lagi kesempatan bagi kita untuk mendapatkannya kecuali di hari itu, sehingga kita dituntut untuk segera meraihnya).

Dalam hadits lain, Rasulullah Saw. memerintahkan kepada manusia agar memperhatikan lima hal sebelum datangnya lima hal lainnya yang menjadi konsekuensi dari lima hal sebelumnya. Hadits ini diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi r. a. :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ : ” اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ  شُغْلِكَ ، وَشَبَابَكَ قَبْلَ هَرِمِكَ ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ  ( رَوَاهُ البَيْهَقِى)

”Jagalah lima (perkara) sebelum datang lima hal (yang lain). Jagalah hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, sempatmu sebelum sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, kayamu sebelum miskinmu“. 

[ HR. Al-Baihaqy ]

Hadits tersebut menjadi pengingat bagi kita agar senantiasa memanfaatkan hal-hal baik dan berupaya mudawamah dalam merealisasikannya. Artinya, kita dituntut untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri, optimis serta maksimal dalam perjalanan menuju masa depan, dan melakukan kegiatan positif serta tidak membuang waktu. karena apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi penentu baik dan buruknya kehidupan kita di hari selanjutnya .

Islam bukan tanpa alasan memerintahkan pemeluknya untuk terus menerus memperbaiki kualitas diri, namun selain untuk kebaikan diri sendiri juga untuk kemaslahatan umum sehingga kita dapat meraih predikat sholih dan mushlih karna sebagaimana sabda Rasulullah Saw., bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.”

Dalam mengembangkan kualitas diri, baik dalam segi etika, ekonomi, politik, ilmu pengetehuan dan lain sebagainya, dibutuhkan sebuah komitmen, usaha, target dan ikhtiar spiritual. Sesuai dengan perintah agama bahwa untuk mencapai suatu tujuan, dibutuhkan ikhtiar atau wasilah yang harus dilalui sebab kita-lah yang menciptakan perubahan itu dan kita-lah yang akan menjalaninya.

Tentang usaha manusia untuk mengubah hidup lebih baik, telah terungkap dalam al-Qur’an surah Ar-Ra’d :

إنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” 

(QS. Ar-Ra’d : 11)

Oleh karena itu, meningkatkan kualitas diri bisa menjadi langkah awal untuk mengenal diri. Kemudian bisa menjadi refleksi seorang muslim sebagai bentuk usaha menemukan jati diri menuju kehidupan yang senafas dengan al-Qur’an dan Hadist.

*) Penyuluh Agama Islam Fungsional PPPK

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Epistemologi dalam al Qur'an

Hakikat Mencintai Allah Swt; Khauf, Raja, dan Tawakkal Kepada-Nya

Mengenal Inkarussunnah