Masa Kecil Nabi Muhammad saw

Oleh Zumrotus Sa'adah, S. Sos. *) 

Sebagaimana kita ketahui, Nabi Muhammad saw merupakan nabi terakhir yang diutus Allah Swt.  Beliau merupakan perwujudan moralitas manusia yang sempurna. Dia adalah seorang nabi sekaligus rasul yang menyelamatkan kita (umat manusia, khususunya ummat Islam) dari masa “kegelapan”. Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling berpengaruh sepanjang masa dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun setelahnya.

Ketika hal ini diucapkan, Nabi Muhammad Saw lahir dari rahim wanita suci Bani Zuhra bernama Aminah, dari benih pemuda tampan dan baik hati dari Bani Hasyim bernama Abdullah. Nabi Muhammad lahir dari pasangan dua orang idaman (Abdullah- Aminah). Nabi Muhammad saw yatim piatu lahir, tanpa ayah. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal saat ia berusia dua bulan di dalam tubuh ibunya Aminah. Namun ada pula yang menyatakan bahwa ayahnya meninggal ketika ia baru berusia enam bulan dalam kandungan ibunya.

Silsilah Nabi Muhammad saw dari pihak Ayah (Abdullah) adalah sebagai berikut:

 Nama lengkap beliau adalah,

"Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muṭhalib (nama julukannya Syaibatul Hamd) bin Hasyim bin Abdi Manaf (laqobnya Al-Mughirah) bin Qushay (nama aslinya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar (Nazar) bin Ma’d (Mu’iddu) bin Adnan."

Pada hari ke-12 Rabi'ul Awal, hari Senin ke-66 Tahun Gajah, Nabi Muhammad saw lahir dari rahim Siti Aminah 67 Tahun kelahirannya 53 tahun sebelum hijrah ke Madinah 68 Tahun Gajah merupakan tahun terpenting di antara tahun-tahun lainnya dalam penanggalan Islam. Sebab di tahun ini telah lahir sosok terpilih di muka bumi yang akan membimbing sekaligus mengoreksi akhlak manusia yang rusak dan hancur (Al-Mubarakfuri, 2016:65).

Dalam masyarakat Arab pada masa itu, ada tradisi di kalangan bangsawan untuk memberikan anak mereka kepada perawat lain dan membawanya ke sebuah kamar khusus. Hal serupa terjadi dalam kehidupan masa kecil Nabi Muhammad saw. Namun, sebelum menemukan perawat yang tetap, Nabi Muhammad terlihat merawat Tsuwaibah, yang merupakan budak salah satu paman Nabi Muhammad, yaitu Abu Lahab. Nabi Muhammad saw juga dibesarkan oleh seorang putri tiri dari Halimah yang bernama Saima. Kehidupan di tengah udara segar gurun Sahara dan kerasnya pengalaman hidup telah memengaruhi pertumbuhan fisik Nabi Muhammad saw. Dalam proses ini, sikap spiritualnya berkembang pesat, sehingga dia tumbuh menjadi seorang anak yang berkembang pesat secara rohani.

Memahami bahwa membesarkan dan memberi makan kepada Nabi Muhammad memakan waktu dua tahun. Setelah dua tahun, Halima mengembalikan Nabi Muhammad kepada ibunya, Aminah. Ketika Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya membawanya ke tempat peristirahatan terakhir ayahnya di Madinah (pada waktu itu disebut Yatsrib). Ini adalah momen-momen yang mengharukan yang pertama kali dialami Nabi Muhammad sebagai seorang anak yatim. Selama perjalanan pulang ke Mekah, ibunya meninggal dan dikebumikan di Abwa, sebuah wilayah di antara Mekah dan Madinah. Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw menjadi seorang anak yatim piatu. Peristiwa ini sangat berat bagi Nabi Muhammad yang masih kecil, karena hanya beberapa hari sebelumnya, dia telah mendengar ratapan dan kesedihan ibunya yang telah kehilangan suaminya (ayah Nabi 4 Muhammad saw) saat itu. Muhammad berharap ibunya tetap hidup, namun kini dia harus menyaksikan dengan mata sendirinya bahwa ibunya telah pergi

Sesudah usia lima tahun lebih satu bulan, Muhammad dikembalikan lagi ke asuhan ibu kandungnya, Aminah di Makkah. Namun hanya satu bulan mereka hidup bersama, kemudian Aminah wafat di tengah perjalanan menuju Makkah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Waktu itu Rasulullah saw hidup bersama ibu kandungnya, Aminah binti Wahab, ketika beliau telah berumur enam tahun, sang ibu membawa beliau pergi menjenguk paman-pamannya dari bani Adi bin An-Najjar di Madinah, Nabi ditemani oleh Ummu Aiman, pembantunya yang selalu mengawasinya, mereka mengendarai unta. Sang ibu menurunkan beliau di rumah An-Nabighah dan mereka menginap di rumah itu selama satu bulan”. Di tengah perjalanan pulang sesampainya di desa Abwa’, Aminah menderita sakit dan meninggal dunia. Kemudian Ummu Aiman membawa Muhammad pulang ke Makkah dan terus mengasuhnya.

Sepeninggal Aminah (ibunya), Muhammad diasuh oleh Abdul Muthalib kakeknya. Namun tidak berjalan lama pula Abdul Muthalib wafat, dalam usia delapan puluh tahun dan Muhammad berusia delapan tahun. Peristiwa ini merupakan pukulan berat bagi Muhammad, setelah sebelumnya kehilangan ibunya kini ia harus kehilangan kakeknya. Kepergian Abdul Muthalib ini bukan hanya duka bagi Muhammad tetapi juga bagi Bani Hashim semua, kerena di antara anak-anaknya tidak ada yang seperti dia, mempunyai keteguhan hati, dermawan, penuh kewibawaan serta pandangan yang tajam. Dia menyediakan makanan dan minuman bagi peziarah yang datang dan memberikan bantuan kepada penduduk jika mendapat bencana, sedangkan di antara yang lain tidak mampu melakukan hal itu.

Setelah Nabi Muhammad saw ditinggal ibunya, kakeknya Abdul Muthalib membesarkan Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw, ketika kecil berusaha mengurangi beban pamannya dengan menerima gaji untuk memelihara kambing orang selain merawat dirinya sendiri. Beternak kambing di tengah gurun Sahara mengajak kita untuk merenungi alam dan keajaibannya, tidak hanya sekedar hiburan tetapi juga merasakan dan menyadari keagungan ciptaan.

*) Penyuluh Agama Islam Fungsional P3K

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Mencintai Allah Swt; Khauf, Raja, dan Tawakkal Kepada-Nya

Cara Khas Mengisi Kemerdekaan

Tasawuf, Kemerdekaan, dan Nasionalisme