Epistemologi dalam al Qur'an

disusun Oleh Muhammad Yusuf, S. Ag., M. H. I. *) 

Pendahuluan

Kata Ilmu pengetahuan atau sains dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan kata asing antara lain, science (Inggris), wissenchaff (jerman) atau wetenschap (Belanda). Sedang pengertian science adalah natural sciences atau ilmu-ilmu kealaman. Natural sciences adalah ilmu-ilmu yang mempelajari fenomena fenomena alam semesta dengan segala isinya, yaitu ilmu-ilmu dasar atau ilmu –ilmu murni seperti ilmu biologi, kimia, fisika, astronomi dengan segala cabangnya. Derivasi dari basic sciences adalah aplied sciences atau ilmu-ilmu terapan seperti farmasi, kedokteran, pertanian, kedokteran gigi optometri dan lainnya.

Agama Islam memberikan konsep yang jelas akan keberadaan manusia di muka bumi, yaitu sebagai khalifatul fil ardhi atau wakil Allah di muka bumi. Maka sebagai wakil Allah di bumi,tugas kita adalah memelihara, melestarikan, membudayakan semua ciptaan Allah tersebut. Kita tidak dibenarkan untuk melakukan perusakan di muka bumi ini. Manusia harus membaca semua ayat-ayat Allah baik ayat-ayat qauliyah seperti Al Qur’an, Injil, Zabur, Taurat dan ayat-ayat kauniyah (fenomena-fenomena alam). Surat 1 sampai 5 surat Al Alaq adalah perintah kepada manusia untuk mencari ilmu pengetahuan.

Ayat awal Iqra Bismirabbika alladzi khalaq ( Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan) , mengandung pengertian bahwa tidak adanya keterpisahan antara ilmu pengetahuan dengan agama, merupakan suatu paradigma islam dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Mencari ilmu terkait erat dengan kayakinan eksistensi Allah sang pencipta dan dengan ilmu pengetahuan inilah kita dapat menjalankan tugas kekhalifahan.

Sejak menciptakan Adam AS, Tuhan telah membekalinya dengan ilmu pengetahuan, surat al Baqarah 31 :

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا 

”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya…"

Ilmu pengetahuan dibekalkan kepada Adam As., agar ia mampu berkomunikasi dengan lingkungannya dalam menjalankan misinya sebagai wakil Tuhan di bumi ini. Nabi Idris As. adalah seorang Rasul yang merupakan generasi ketujuh dari Adam As. yang diberkati ilmu pengetahuan yang banyak oleh Allah Swt. Dia mengetahui tentang oleh ilmu Fisika, Astronomi, Menulis dan sebagainya. Begitu pula Nabi Syis As. Masyarakat purba wilayah Timur Tengah seperti suku Harran, Babilonia, mesir kuno, Asiria, Yunani kuno mengenal keduanya sebagai pembawa ilmu pengetahuan.

Jadi, Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari wahyu Allah, yang diberikan kepada para Nabi-Nya pada awal-awal bangkitnya peradaban manusia di muka bumi ini. Ilmu ini kemudian disebarluaskan oleh manusia sebagai alat untuk menjalankan tugas kekhalifahannya. Namun setelah para Nabi meninggal, masyarakat setempat menyalahgunakan ilmu tersebut dalam pengembangannya. Umat cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tujuan dan bukan alat, mencampuradukan dengan mitologi-mitologi, sehingga hilanglah esensi yang sebenarnya dari ilmu tersebut. Para Nabi yang datang kemudian meluruskan kembali ajaran Allah Swt.    

Dalam surat Al Jatsiyah (45):13, Allah Swt. telah memberikan firasat akan kegunaan alam bagi manusia. 

“Dan Dia menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi seluruhnya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir”. 

Jelaslah bahwa, seluruh langit dan bumi akan ditundukan al Khaliq bagi umat manusia melalui sains yang diterapkan dengan teknologi, diberikan kepada mereka yang mau menggunlkan akal pikirannya. Masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an yang mendorong dan memerintahkan umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan.

Al Qur’an sendiri mengandung banyak informasi tentang fenomena-fenomena alam yang semuanya cocok dengan teori saintifik yang paling mutakhir. Bahkan ayat-ayat yang berkenaan dengan fenomena alam lima kali lebih banyak dari ayat-ayat syariat, yaitu sekitar 150 ayat syariat dan 756 ayat-ayat tentang sciences.

Diantara ayat-ayat tersebut adalah :

Penciptaan alam semesta : Surat Ali Imran ayat 190, al Anbiya ayat 30.

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman”?

Fisika inti : Surat Yunus ayat 6

وَمَا تَكُونُ فِى شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوا۟ مِنْهُ مِن قُرْءَانٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَن رَّبِّكَ مِن مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ وَلَآ أَصْغَرَ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكْبَرَ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ

"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)’

Astronomi : Surat Luqman ayat 29

اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَأَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’

 Asal usul kehidupan : Surat al Anbiyaa ayat 30

 أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُ

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Geologi : Surat An Naaziat ayat 30-31.

وَٱلْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَىٰهَآ

"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. "

أَخْرَجَ مِنْهَا مَآءَهَا وَمَرْعَىٰهَا

"Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya."

Ilmu Psikologi : Surat Al Muddassir ayat 38

كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَة

"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya."

Ilmu Bahasa : Surat Ar Ruum ayat 22

. وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."

Ilmu Sastra : Surat Asy Syu’aara ayat 227

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱنتَصَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ ۗ وَسَيَعْلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَىَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ

"Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali."

Sosial Politik : Surat Ali Imron ayat 26

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ekonomi : Surat At Tatfif 1-3

. وَيْلٌۭ لِّلْمُطَفِّفِينَ   

1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang

ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكْتَالُوا۟ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسْتَوْفُونَ   

2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,

وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ   

3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurang.

Hukum : Surat Al An’am 57

. قُلْ اِنِّيْ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَكَذَّبْتُمْ بِهٖۗ مَا عِنْدِيْ مَا تَسْتَعْجِلُوْنَ بِهٖۗ اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗيَقُصُّ الْحَقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفٰصِلِيْنَ

Katakanlah (Muhammad), “Aku (berada) di atas keterangan yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah kewenanganku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik.”

Wawasan dan dorongan inilah yang telah membangkitkan para ilmuwan muslim pada abad keemasaannya ( abad VII – XIV M). Dorongan dari Al Qur’an dan Sunnah telah mampu memunculkan peradaban Islam di era Golden Age nya. Selain mampu mencetak para ulama atau filosof besar seperti Ibnu Rusyd, Al Ghazali, Ibnu Khaldun, dan sebagainya, juga mampu mencetak para pioner ilmu pengetahuan alam seperti Al Khawarizmi, Al Haitam, Al Biruni, Ibnu Sina, Al Bitani, dan sebagainya. Dan diharapkan pada abad ke XXI ini, wawasan tersebut akan membangkitkan kembali kejayaan Islam di bidang Ilmu Pengetahuan dan teknologi.

Pada saat sekarang (abad XXI), perkembangan science telah mencapai kemajuan yang begitu pesat, serta mampu menyentuh dan mempengaruhi segi-segi umat manusia. Michio Kaku mengemukakan ada tiga macam revolusi iptek pada abad XX lalu, yaitu : Revolusi Quantum, Revolusi Komputer dan Revolusi Biomolekuler. Revolusi Quantum dengan segala aplikasi teknologi dan rekayasa industrialisasinya mamungkinkan manusia membuiat bahan baru non alamiah dengan kekuatan yang lebih baik dari dibanding materi alamiah. Revolusi komputer dengan segala aplikasinya memungkinkan manusia mengerti bagaimana sesugguhnya otak manusia bekerja. Komputer dengan sistem robotik yang meniru kerja otak manusia sedang dibuat. Sedang Revolusi Biomolekuler seperti trans genik, rekayasa genetika, tekhnologi kloning. Semua revolusi iptek tersebut, ditemukan tanpa didasari oleh landasan moral apalagi spiritual, sehingga dampak negatifnya sangat terasa bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

Amerika serikat (sekuler) telah mempuinyai kode etik dalam penelitian bioteknologi modern atau bioetika. Dalam bioetika jelas ditegaskan bahwa “eksperimen bioteknologi modern yang melibatkan pemindahan gen dari dan ke manusia adalah dilarang”. Apakah masyarakat ilmiah di dunia Islam telah mempunyai bioetika seperti itu ?. Bioetika harus dibuat, dalam hal ini Al Qur’an dan Sunnah akan menjadi sumber utama bagi penyusunan bioetika tersebut.

Dengan ilmu sosial profetik, kita akan melakukan reorientasi terhadap epistimologi, yaitu reorientasi terhadap mode of thaough dan mode of inquiry, bahwa sumber ilmu pengetahuan itu tidak hanya dari rasio dan empiri, tetapi juga dari wahyu.

Dari gagasan mengenai ilmu sosial profetik ini, sesungguhnya kita tidak perlu mengidap kekhawatiran yangberlebihan terhadap dominasi barat dewasa ini. Betapapun dalam proses teori building, kita memang tidak dapat menghindari terjadinya peminjaman dari dengan khazanah ilmu barat. Akan sangat tidak realitis jika kita memandang pengaruh barat dalam hal Islamisasi sains ini dalam perspektif yang dikotomis. Sekalipun dalam tujuan finalnya kita harus teruas berusaha untuk mendekati cita-cita yang otentik karena kita yakin bahwa Islam merupakan suatu alternatif, tetapi dalam proses globalisasi dan universalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, kita harus membuka diri terhadap seluruh warisan peradaban. Kita tidak dapat bersikap dikotomis, karena hanya akan menjadikan kita eksklusif. Kita tidak membangun dari suatu yang vacuum. Semua peradaban dan agama mengalami proses meminjam dan memberi dalam interaksi satu sama lain dalam sepanjang sejarah.Jangan bersikap ahistoris dan tidak realistis.  

Secara epistimologis, paradigma interkoneksitas merupakan jawaban atau respon terhadap kesulitan yang dirasakan selama ini, yang diwariskan selama berabad-abad dalam peradaban Islam tentang adanya dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama. Masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tanpa merasa perlu bertegur sapa. Kesulitan epistemologi ini rupanya berdampak secara struktural politis dengan berdirinya Depertemen Pendidiklan Nasional dan Departemen Agama. Terpisahnya dua Departemen ini khususnya dalam hal pendidikan menmbah sempurnya dikotomi dimaksud. Upaya untuk mendekatkan kembali jurang pemisah atau gap antara keduanya khususnya di wilayah pendidikan senentiasa harus menjadi kenyataan.

Paradigma interkoneksitas, secara aksiologis, hendak menawarkan pandangan dunia kepada manusia beragama dan ilmuwan yang baru, yang lebih terbuka, membuka dialog dan kerjasama, transparan, dapat dipertanggungjawabkan ke publik dan berpandangan jauh ke depan. Secara ontologis, hubungan antar berbagai disiplin keilmuan menjadi semakin terbuka dan cair meskipun blok-blok pendukung antara keilmuwan agama yang bersumber pada teks-teks nash dan budaya pendukung keilmuwan faktual- historis- empiris (ilmu sosial dan kealaman dan budaya pendukung keilmuan etis filosofis (Falsafah) masih tetap ada. Yang diperlukan adalah cara berpikir dan sikap ilmuwan yang membidangi dan menekuni ilmu-ilmu itu yang perlu berubah.

Penutup dan kesimpulan.

Dalam perspektif Islam, tidak ada keterpisahan antara ilmu pengetahuan dengan agama Islam. Lebih dari itu, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan alat yang digunakan oleh umat manusia dalam menjalankan tugas kekhalifahannya. Ilmu pengetahuan itu sendiri sudah sejak awal peradaban manusia telah dianugerahkan kepada umat manusia nmelalui para Nabinya. Kitab suci Al Qur’an berisi banyak ayat-ayat yang memberikan informasi tentang fenomena-fenomena alam, serta mendorong umat manusia untuk melakukan pengamatan atau observasi terhadap fenomena-fenomena alam tersebut. Begitu juga Sunnah Rasul telah mendorong umat Islam mencari ilmu pengetahuan.

Sejarah peradaban Islam telah memberikan informasi kepada kita betapa umat Islam masa lampau mampu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologinya dalam membangun peradaban. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi umat Islam masa kini untuk bangkit dan mengembangkan kembali ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan nuansa etika pada ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini. 

*) Penyuluh Agama Islam Fungsional PPPK

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hakikat Mencintai Allah Swt; Khauf, Raja, dan Tawakkal Kepada-Nya

Mengenal Inkarussunnah